Berdamai dengan siapapun adalah kunci kedamaian. Kalimat tersebut sepertinya lazim kita baca maupun kita dengarkan akan tetapi untuk menerapkannya adalah perkara yang sulit, minimal untuk saya. Kita semua yang pernah hidup tentu pernah melakukan kesalahan, sekecil apapun itu. Dalam hubungan social ketika bekerja sebagai tim, mungkin orang lain menyalahkan Anda, mungkin juga Anda menyalahkan rekan Anda dan yang sering terjadi juga adalah menyalahkan diri sendiri. Sikap terakhir seringkali disebut sebagai sikap paling baik. Itu pandangan beberapa orang tapi bagi saya menyalahkan diri sendiri itu sama tidak baiknya dengan menyalahkan orang lain.
Kita semua manusia, kita semua dikatakan sebagai makhluk Tuhan paling mulia. Itu artinya diri Anda juga merupakan makhluk paling mulia bukan? Sama seperti rekan Anda. Disini saya tidak akan banyak berteori, saya ingin berbagi pengalaman saja kepada Anda yang kebetulan membaca tulisan ini. Suatu waktu saya pernah ditegur oleh seseorang tentang suatu perbuatan yang menurut orang tersebut merupakan sebuah kesalahan besar saya. Pada saat itu, jujur saja emosi saya cukup panas karena saya pribadi berpikir bahwa hal tersebut merupakan hal yang biasa saja. Akan tetapi saya mulai membuka diri, segala puji bagi Tuhan karena Tuhan menganugerahi saya kemampuan untuk bisa berpikir logis meskipun sedang emosi, saya mulai bisa berpikir bahwa perbuatan yang saya lakukan tersebut merupakan sebuah kesalahan. Saya mulai menyadari hal itu dan saya mulai menyesali perbuatan saya, saya menyesal sekali telah melakukan perbuatan tersebut. Saya menyalahkan diri saya sebagai makhluk Tuhan yang tidak pantas untuk disebut mulia. Dan tahukah Anda, menyalahkan diri sendiri merupakan hal yang sangat menyakitkan, saya sendiri merasa bahwa ketika tersakiti oleh diri sendiri rasanya justru lebih sakit dibandingkan ketika ada orang lain yang menyalahkan saya. Itu bagi saya, sangat mungkin jika Anda berbeda. Ketika saya belum memaafkan diri sendiri, jujur saja saya merasa sangat tidak nyaman. Saya kehilangan self confident, saya merasa bahwa hidup saya tamat. Sebuah kesalahan besar yang saya sadari telah saya lakukan membuat saya merasa kehidupan saya mengalami kemunduran. Ya, kemunduran drastis.
Alhamdulillah, Tuhan memang sangat baik kepada saya. Pada saat itu, selepas beribadah saya duduk bermeditasi, saya mempraktekkan metode penyembuhan yang diajarkan oleh dosen saya yang sangat saya hormati, Bapak Rohlan Rogomulyo, saya bermeditasi dengan niat untuk menghilangkan segala sesuatu yang bersifat negatif dalam diri saya, setelah itu saya membaca beberapa ayat dalam kitab suci karena sebuah lagu lama mengatakan bahwa membaca kitab suci beserta maknanya merupakan sebuah obat hati. Setelah itu, saya benar-benar merasa lega. Saya yang sebelumnya merasa tidak baik secara psikis sehingga menyebabkan fisik pun tidak baik, merasa kembali ke kondisi optimum. Now I believe that peace is inside on my heart and my mind not on the outside.
Mulai saat itu, saya menyadari bahwa menyalahkan diri sendiri maupun orang lain hanya akan menambah masalah. Memaafkan adalah solusi dari semua ini, memaafkan memang tidak mudah, itulah kenapa Mahatma Gandhi mengatakan bahwa memaafkan adalah perilaku orang berjiwa besar. Kita memang harus memaafkan karena maaf yang tulus merupakan suatu tindakan yang penuh kasih. Saya yakin apapun agama Anda mengajarkan Anda untuk bertindak dengan penuh kasih. Anda pasti juga mengetahui bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang sekaligus pembalas. Akan tetapi selama ini kita lebih sering mengenal Tuhan sebagai pengasih dan penyayang sehingga mulai saat ini marilah kita memaafkan, memaafkan siapapun termasuk diri Anda sendiri.
Terima kasih telah membaca, semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment