Wednesday 1 June 2011

Alam dan Kehidupan Kita

Dewasa ini, ketika alam mulai rusak, banyak orang yang mengatakan “Saatnya kembali ke alam” pertanyaan yang muncul adalah : “Memangnya selama ini kita hidup dimana? Bukankah selama ini kita juga berada di alam?”. Menurut saya, kalimat “kembali ke alam” seharusnya diubah menjadi “kembali ke kehidupan yang alami”, kalimat tersebut menurut saya cukup untuk menghilangkan ambiguitas yang ada. Saya sendiri sangat setuju bahwa saat ini kondisi alam sudah luar biasa buruk dan perlu usaha yang luar biasa untuk membuat kondisi alam kembali baik. Untuk mengembalikan flora dan fauna yang telah punah merupakan hal yang mustahil tetapi untuk memperbaiki lubang ozon, mengembalikan kesuburan tanah, membersihkan perairan dari pencemaran dan mempertahankan (konservasi) flora dan fauna yang terancam punah merupakan tindakan-tindakan yang masih sangat mungkin dilakukan, tergantung pada kesungguhan kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Perubahan iklim merupakan suatu masalah global yang dihadapi saat ini. Bagi kehidupan, hal itu berdampak sangat besar. Beberapa mikroorganisme dan serangga sangat sensitif terhadap perubahan tersebut. Beberapa serangga yang dianggap hama dalam dunia pertanian berkembang biak dengan sangat pesat sebagai akibat dari perubahan ini. Serangan ulat bulu yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan akibat dari perubahan iklim.
Menurut perspektif Kearifan Kuno, alam mempunyai mekanisme sendiri : dia yang merusak alam akan dirusak oleh alam. Selama ini, kita tidak menyadari bahwa kita telah “membunuh” alam secara perlahan-lahan. Setiap pohon yang kita tebang, setiap sampah yang kita buang sembarangan, setiap gas CO2 yang kita emisikan melalui kendaraan bermotor ke atmosfer setiap harinya merupakan contoh tindakan-tindakan yang dapat dikatakan sebagai “penyiksaan” terhadap alam. Setiap pohon yang kita tebang untuk membuat kertas, membangun rumah, membuat meubeler dan lainnya membuat komposisi gas khususnya CO2 di atmosfer menjadi tidak seimbang, konsentrasi gas CO2 ­yang terlalu tinggi di atmosfer telah membuat lubang ozon semakin besar sehingga bumi semakin tidak aman dari barang-barang luar angkasa. Keberadaan pohon-pohon dapat menyerap gas CO2 melalui fotosintesis sehingga konsentrasi gas CO2 di udara akan seimbang sebagaimana mestinya. Setiap hutan yang dirambah untuk kepentingan manusia seperti pertanian telah merusak habitat berbagai jenis satwa liar di hutan. Dengan habitat yang rusak, beberapa satwa liar terpaksa memasuki kawasan manusia untuk mencari makan demi mempertahankan hidup. Serangan harimau, amukan sekelompok gajah dan serangan monyet ekor panjang merupakan beberapa tindakan timbal balik yang harus diterima manusia sebagai akibat dari apa yang dilakukannya. Di beberapa daerah di Indonesia berbagai jenis binatang telah punah, dalam kajian ekologi, setiap organisme memiliki peranan dalam sebuah ekosistem. Hilangnya organisme pada suatu organisme akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Sebagai contoh, ular sanca merupakan organisme yang berperan sebagai predator tikus. Saat ini, tikus merupakan hama yang tidak dapat dikendalikan populasinya. Serangan tikus pada areal padi hampir pasti akan membuat produktivitas menurun sangat pesat bahkan mungkin gagal panen. Manusia yang telah membuat masalah dengan memburu ular sanca mendapatkan akibat dari apa yang dilakukannya dengan kegagalan panen karena adanya serangan tikus. Manusia mencooba merubah rantai makanan dengan ketiadaan ular sanca pada ekosistem sawah dengan menggunakan pestisida. Hal tersebut berjalan cukup baik akan tetapi hanya berlaku dalam waktu yang sangat singkat, tikus yang setiap hari diracun dengan pestisida dalam waktu yang tidak lama telah menjadi kebal terhadap pestisida. Dengan fakta ini, kembali terbukti bahwa manusia tidak dapat mengubah mekanisme yang telah ada di alam.
Sebagai penutup, saya ingin memberikan beberapa kutipan :
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut sebagai akibat dari tindakan manusia” (Q.S. Ar-Rum : 41).
“Ia yang mengikuti Tao, menyatu dengan Tao. Ia yang berlindung pada Alam, dilindungi oleh Alam” (Tao Teh Ching bab 23).
Demikian tulisan ini saya buat, mohon maaf apabila ada kata atau kalimat yang kurang berkenan, terima kasih telah membaca.

1 comment:

  1. Really nice post! Keep writing and sharing...

    ReplyDelete