Monday 18 July 2011

Cerita Kuno Bagi Orang Modern

Kita semua mengetahui Mahabharata, sebuah epos besar yang berasal dari India den berkembang di Indonesia. Saya tertarik dengan sebuah cerita sebelum terjadinya perang Bharatayuda. Ketika itu, Sri Krishna sedang beristirahat di ruang pribadinya. Duryodhana dari pihak Kaurava datang dan duduk di kursi yang berada di dekat kepala Krishna, tidak lama kemudian datanglah Arjuna dari pihak Pandava. Arjuna memilih untuk duduk di kursi yang paling dekat dengan pintu masuk dekat kaki Sri Krishna. Ketika Krishna terbangun, otomatis Arjuna lah yang pertama dilihat, Krishna pun menanyakan keperluan Arjuna datang menemuinya. Belum selesai pembicaraan tersebut, Duryodhana memotongnya karena ia merasa datang terlebih dahulu dan merasa berhak untuk berbicara dengan Krishna terlebih dahulu. Arjuna pun membenarkan hal itu dan mempersilakan Krishna untuk berbicara dengan Duryodhana terlebih dahulu. Krishna pun menanyakan keperluan Duryodhana datang menemuinya, Duryodhana mengatakan bahwa keperluannya menemui Krishna adalah memohon bantuan untuk menghadapi perang Bharatayuda. Setelah bertanya pada Duryodhana, Krishna pun menanyakan keperluan Arjuna datang menemuinya, Arjuna pun mengungkapkan keperluan yang sama dengan Duryodhana yaitu memohon bantuan untuk menghadapi perang Bharatayuda. Krishna yang bijak memberikan dua pilihan. Pilihan pertama adalah seluruh bala tentara Kerajaan Dwarkawati, sementara itu pilihan kedua adalah Krishna seorang diri, tanpa senjata apapun. Duryodhana yang diberi kesempatan pertama untuk memilih merasa di atas angin, dia pun memilih bala tentara Dwarkawati sebagai bantuan untuk menghadapi Perang Bharatayuda, Arjuna pun tidak punya pilihan selain “hanya” seorang Krishna seorang diri, tanpa senjata apapun. Meskipun begitu Arjuna tetap mengucapkan terima kasih kepada Duryodhana.
Kita semua tahu bahwa Pandava memenangkan Perang Bharatayuda. Secara logika dan kasat mata, kita tentu berpikir bahwa pertempuran tersebut seharusnya dimenangkan oleh Kaurava karena secara logika dan kasat mata kekuatan Kaurava jauh lebih kuat dibandingkan dengan Pandava. Mari kita renungkan sejenak, bala tentara Dwarkawati adalah kekuatan yang terlihat jauh lebih kuat secara kasat mata. Jika kita berada pada posisi Duryodhana, kita pun mungkin juga memilih pilihan yang sama. Mari melihat ke dalam diri kita sendiri, kita (hanya) melihat seseuatu secara kasat mata dan logika saja. Secara logika, bala tentara Dwarkawati memang jauh lebih kuat daripada seorang Krishna seorang diri, tanpa senjata pula. Kita lupa bahwa Krishna adalah seseorang yang cerdas, terkadang terasa licik tapi sebenarnya sangat bijak. Bagi Anda yang mengetahui cerita Mahabharata, Anda tahu bahwa Arjuna pun gemetar dan ketakutan ketika harus berhadapan dengan guru-gurunya yang selama ini menjadi idolanya, Bhima pun tidak dapat mengalahkan Duryodhana dalamperang tanding. Akan tetapi, berkat nasihat-nasihat yang diberikan Krishna Arjuna berhasil mengatasi rasa takutnya untuk bertempur, Bhima pun berhasil mengalahkan Duryodhana dalam “Perang Tanding”. Kekuatan Krishna memang tidak terlihat secara kasat mata tapi kekuatan yang tidak terlihat rasanya lebih hebat dibandingkan kekuatan yang terlihat secara kasat mata.
Pada kehidupan modern pun, cerita di atas rasanya masih sangat relevan. Bukti yang nyata adalah pada perhelatan Euro 2008. Kala itu, Belanda merupakan tim paling favorit untuk memenangi turnamen bertemu dengan Rusia di fase perempatfinal. Rusia yang dilatih oleh seorang Belanda bernama Guus Hiddink berhasil menghentikan langkah Belanda di perempatfinal dengan skor 3-1. Setelah pertandingan tersebut, berbagai media internasional menuliskan “Seorang pelatih jenius mengalahkan 11 pemain berbakat”. Kesebelasan Belanda tak ubahnya dengan Pasukan Kaurava yang terlihat jauh lebih kuat tetapi Kesebelasan Rusia dengan seorang jenius yang berada di balik permainan Rusia berhasil mengalahkan Belanda. Guus Hiddink yang jenius layaknya Krishna yang berhasil memotivasi Pasukan Pandava untuk bertempur melawan Kaurava. Bagi seorang gadis, jika ada 2 pemuda yang datang untuk menikahinya dimana pemuda pertama adalah anak dari seorang konglomerat dengan perusahaan yang besar, memiliki koneksi kuat dan keuntungan yang didapat pun lebih dari cukup untuk hidup normal, hanya saja pemuda ini hanyalah pemuda yang biasa-biasa saja bahkan kemampuan untuk me-manage semua kekayaan yang dimilikinya kurang baik. Sementara itu, pemuda kedua adalah pemuda dari keluarga biasa, pemuda ini cerdas dan terbiasa untuk bekerja keras. Bagi kebanyakan orangtua, mereka lebih memilih untuk menikahkan anak gadisnya dengan pemuda pertama. Ini logis. Hanya saja, terkadang kita tidak melihat kemampuan yang tidak terlihat. Apa gunanya harta yang berlimpah jika kita tidak bisa mengelolanya, jika kita tidak bisa menikmatinya. Sebanyak apapun harta kita, sebesar apapun perusahaan kita maupun sebanyak apapun koneksi kita tidak akan berarti banyak jika kita tidak cukup cerdas untuk menggunakannya. Tim Belanda yang dipimpin Marco van Basten dengan gugusan pemain-pemain bintang terbaik Eropa pun tidak mampu mengalahkan Kesebelasan Rusia yang dipimpin Guus Hiddink dengan bermaterikan pemain-pemain yang namanya tidak terdengar. Pada final Liga Champions 2008 dimana Barcelona berhasil mengalahkan Manchester United (MU) dengan skor 2-0, semua orang terkagum-kagum melihat seorang pemain bertinggi 170 cm bernama Lionel Messi berhasil mencetak gol melalui sundulan kepala, sementara itu semua orang juga tahu bahwa kedua bek tengah MU adalah Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic yang masing-masing tingginya 188 dan 190 cm. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Pada pertandingan tersebut, permainan Barcelona jauh lebih baik daripada MU, banyak yang mengatakan bahwa permainan Barcelona layaknya music orchestra yang indah. Para pemain MU terlihat frustrasi melihat ini, ketika itulah Messi yang setinggi 170 cm berhasil mencetak gol kedua bagi Barcelona melalui sundulan kepala.
Beberapa contoh di atas sepertinya cukup bagi kita untuk menyadari sebuah hal : segala sesuatu yang terjadi di dunia memiliki garis besar yang sama, settingnya berbeda, pelakunya berbeda tapi ceritanya pun sama. Kita juga menjadi sadar bahwa cerita-cerita lama ternyata masih sangat relevan untuk kehidupan modern. Mohon maaf apabila ada kesalahan, terima kasih telah membaca. Semoga bermanfaat J

Referensi : Bhagavad Gita Bagi Orang Modern oleh Anand Krishna.

2 comments:

  1. Aku suka quote ini " satu pelatih jenius mengalahkan sebelas pemain berbakat" :)

    ReplyDelete