Tuesday 22 November 2011

Tegakkan Kepalamu Garuda Muda

Penyelenggaraan Sea Games ke-26 telah berakhir dan telah dipastikan bahwa Indonesia menjadi juara umum pada penyelenggaraan ini. Perolehan medali yang diraih oleh kontingen Merah-Putih tidak mampu dikejar oleh Negara-negara lain. Hal yang sedikit mengganggu kemenangan Indonesia sebagai juara umum adalah medali emas cabang sepakbola gagal didapatkan. Meskipun kita semua tahu bahwa cabang sepakbola hanya akan memberikan sebuah medali emas, gelar itu rasanya begitu prestisius.
Kebanyakan masyarakat memang kecewa dengan hasil ini. Kekalahan melalui adu penalty rasanya begitu menyesakkan dada kita. Ekspektasi public yang tinggi justru menjadi boomerang karena para pemain tidak bisa tampil lepas sebagaimana pertandingan-pertandingan sebelumnya. Bagaimanapun, pertandingan telah usai dan medali emas sepakbola telah didapatkan Malaysia.
Kekalahan ini memang mengecewakan, meskipun begitu kita masih boleh berharap bahwa tim ini adalah tim yang potensial. Kita memang kalah adu penalty tapi secara statistic keseluruhan kita lebih unggul dibandingkan tim manapun selama Sea Games. Sebagai seorang pengamat sepakbola sekaligus rakyat Indonesia saya katakana bahwa Malaysia tidak mengalahkan Indonesia. Saya akan mengutip pernyataan Johan Cruyff ketika ditanya mengenai peluang Ajax Amsterdam pada final Liga Champions 1995 berhadapan dengan AC Milan, Cruyff mengatakan “Italians can never win from you, but you can lose to them”. Secara faktual di lapangan mungkin sama hasilnya tapi kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda dengan “Italians win from you”. Sekali lagi saya katakan bahwa Malaysia tidak mengalahkan Indonesia. Apakah dengan kekalahan ini maka masa depan persepakbolaan Indonesia akan mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran? Tidak. Timnas U-23 sangat potensial untuk menjadi sebuah Timnas yang kompeten di kawasan Asia. Yup Asia, bukan hanya Asia Tenggara. Pemain-pemain muda Indonesia bisa menjadi pemain-pemain terbaik Asia. Andik Vermansyah, Titus Bonai, Kurnia Meiga, Oktovianus Maniani, Ferdinand Sinaga, Egi Melgiansyah dan kawan-kawan saya rasa akan mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah persepakbolaan Asia.
Kekalahan ini bukan akhir dari perjalanan Indonesia, ini baru sebuah awal untuk sebuah kejayaan di masa mendatang. Saya lebih dari sekedar optimis bahwa Indonesia akan Berjaya di persepakbolaan Asia. Kita kalah secara terhormat Indonesia, kekalahan ini merupakan awal untuk persepakbolaan Indonesia yang lebih baik. Tetap semangat Indonesia, tegakkan kepalamu, kaliah telah membuat kami bangga dan mampu mempersatukan rakyat Indonesia melalui sepakbola. Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku !

2 comments:

  1. Postingan dan opini yang bagus. Yak, saya setuju. Kemenangan toh bukan hanya jumlah gol yang lebih banyak dilesakkan ke gawang lawan, tetapi juga kemampuan untuk menjaga sportivitas (Indonesia jelas lebih unggul dari Malaysia yang main kasar), kemampuan menerima kekalahan dengan lapang dada (kemenangan psikologis). Tak apa, masa depan masih terbentang luas di hadapan para Garuda muda itu. Tergantung PSSI mau mengarahkan ke mana. Hmm...kualitas PSSI yang segitu saja Garuda bisa masuk final, coba kalau kualitas PSSI sama dengan PSSI-nya Malaysia yang kabarnya canggih... Wah, bisa juara dunia Garuda ini...Tks for sharing!

    ReplyDelete
  2. Terima kasih responnya Pak Tyo, saya yakin jika tim ini dikembangkan secara serius Piala Asia bukan gelar yg tidak mungkin. Pemain2 muda kita sangat potensial, Andik dilirik klub Portugal, Syamsir Alam bermain untuk Penarol Uruguay, Arthur Irawan dikontrak Espanyol, Okto pernah diminati klub Jerman. Saya yakin pemain2 potensial ini bisa membawa Merah-Putih berkibar di puncak tertinggi.

    ReplyDelete