Piala AFF kembali digelar pada
bulan November 2012 ini. Timnas Indonesia sebagai pemegang rekor empat kali runner up menjadi satu di antara delapan
peserta turnamen yang dulunya bernaman Piala Tiger ini. Seperti sebuah tradisi
yang entah sejak kapan adanya, Timnas Indonesia selalu menghadapi turnamen ini
dengan berbagai kondisi yang kurang mendukung. Pada penyelenggaraan kali ini,
konflik internal dalam persepakbolaan Indonesia menyebabkan kondisi yang kurang
menguntungkan bagi Timnas Indonesia untuk maju ke medan laga. Dualisme
kepemimpinan telah memecah belah persepakbolaan Indonesia hingga Timnas
Indonesia tidak dapat berlaga dengan seluruh pemain terbaik di Tanah Air. Pada
akhirnya, Timnas Indonesia ‘hanya’ diperkuat oleh para pemain yang merumput di
Liga Primer Indonesia (LPI) – liga yang diakui secara resmi oleh PSSI.
Akhirnya, terbentuk lah ‘Timnas Rasa Baru’ dengan pemain-pemain yang kurang
familiar di kalangan pencinta Timnas Indonesia. Tidak ada lagi Markus di posisi
penjaga gawang, Hamka Hamzah dan Maman Abdurrahman di posisi bek tengah maupun
duet Ahmad Bustomi dan Firman Utina sebagai motor lini tengah Indonesia. Wahyu
Tri Nugroho, Wahyu Wiji Astanto, Novan Setya, Muhammad Taufiq, Vendri Mofu,
Andik Vermansyah, Muhammad Rahmat dan nama-nama lain kini menjadi para ksatria
terpilih untuk bertempur dengan menggunakan zirah kebanggan berwarna
merah-putih dengan Burung Garuda di dada. Beberapa kalangan menilai ‘Timnas
Rasa Baru’ yang dibesut oleh Nil Maizar tidak akan mampu berbicara banyak pada
gelaran Piala AFF 2012. Whatever, we have
to face this war!
Peluit tanda dimulainya turnamen
telah berbunyi dan Timnas Indonesia menghadapi Laos pada laga pertama. Dalam
sejarah pertemuan kedua tim, Indonesia selalu menang dari Laos, bahkan dengan
skor yang hampir selalu telak. Pertandingan telah berakhir dan rekor baru pun
tercipta. Indonesia dengan susah payah hanya mampu memaksakan hasil imbang
dengan skor 2-2 setelah dua kali tertinggal. Rekor baru ini pun seolah-olah
membenarkan prediksi dari berbagai kalangan yang memandang negatif ‘Timnas Rasa
Baru’ racikan Nil Maizar. Meskipun demikian, dukungan tetap selalu diberikan
oleh para pencinta sepakbola nasional yang seolah tidak perduli dengan konflik
yang ada, para pencinta Timnas Indonesia selalu mendukung Timnas Indonesia
dengan totalitas yang tak terbatas.
Hasil buruk melawan Laos coba
diperbaiki oleh Irfan Bachdim dkk pada laga kedua melawan Singapura, tim yang
secara historis lebih unggul dari Indonesia. Dalam sejarah pertemuan kedua tim
di Piala AFF, Indonesia belum mampu meraih kemenangan atas Singapura sehingga tidak
heran jika muncul banyak prediksi yang lebih menjagokan Singapura untuk kembali
memetik kemenangan atas Indonesia. Pada awal pertandingan, Singapura terlihat
lebih dominan dan membenarkan prediksi yang ada. Bola memang bundar, Indonesia
yang kurang diunggulkan justru mampu menjungkalkan Singapura lewat sebuah
tendangan spektakuler dari seorang Andik Vermansyah pada menit ke-88 yang
bertahan hingga akhir pertandingan. Hasil 1-0 untuk kemenangan Indonesia. Hasil
ini pun mengakhiri rekor buruk Indonesia atas Singapura selama 14 tahun. Timnas
Indonesia rasa baru yang dipandang sebelah mata oleh banyak kalangan membalas
pandangan negatif dengan mengakhiri sejarah buruk atas SIngapura. Yes, we prove it!!
Tim Nasional Indonesia pada Piala
AFF 2012 yang tidak diperkuat oleh para pemain langganan tim nasional telah
membuktikan diri bahwa mereka pantas mengenakan kostum kebesaran dengan Garuda
di dada. Wahyu Tri Nugroho menjelma sebagai sosok penjaga gawang yang luar
biasa pada pertandingan melawan Singapura. Postur tubuh yang kurang ideal tidak
menghalanginya untuk menghentikan bola merobek jala Indonesia. Wahyu Wiji
Astanto dan Fachrudin yang berduet di jantung pertahanan menunjukkan kualitas
yang mereka miliki tidak kalah dengan duet Hamka-Maman yang selama ini selalu
menjadi andalan. Rafael Maitimo dan Novan Setya tidak kalah hebat untuk menjaga
pertahanan di pinggir lapangan. Rafael yang merupakan pemain naturalisasi
bahkan sudah membuat sebuah gol pada laga debutnya untuk Indonesia kala
menghadapi Laos. Di lini tengah, kreatifitas dan kemampuan Taufiq dalam menjaga
ritme permainan yang dipadukan dengan Vendri Mofu yang powerful menjadi sebuah kombinasi ideal untuk mengembangkan
permainan Indonesia. Sementara itu kecepatan Okto Maniani dan Andik Vermansyah
di kedua sisi sayap merupakan ancaman nyata bagi seluruh pemain belakang lawan.
Pemain-pemain baru Tim Nasional beruntung karena tim memiliki sosok
berpengalaman pada diri Elie Aiboy dan Bambang Pamungkas (Bepe). Bepe bahkan
rela meninggalkan klubnya yang notabene merupakan klub yang bermain di bawah
KPSI demi memberikan segala kemampuan yang dimilikinya demi Indonesia.
Indonesia adalah negara besar dengan SDM yang melimpah, ketiadaan para pemain langganan
dalam skuad AFF 2012 mampu digantikan dengan para pemain yang menjadikan
permainan Indonesia tampak lebih fresh dan
sulit ditebak lawan. Ini lah era baru sepakbola Indonesia, inilah saat yang
tepat untuk berprestasi!
Setelah kemenangan bersejarah atas
Singapura, euforia pun membahana di seluruh negeri, media-media yang selama ini
tidak pernah mendukung keikutsertaan Timnas Indonesia versi PSSI pun memberitakan
kemenangan bersejarah ini. Timnas Indonesia ‘rasa baru’ mulai memperoleh tempat
di hati masyarakat Indonesia dari semua kalangan. Seharusnya hal tersebut
memang sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum hasil fenomenal ini diraih.
Timnas Indonesia membutuhkan doa dan dukungan dari seluruh masyarakat
Indonesia, bukan tentangan maupun cacian.
Pasca pertandingan, Andik yang
diwawancarai beberapa media mengeluarkan sebuah pernyataan luar biasa yang
menyentil PSSI dan KPSI. Andik menyatakan bahwa masyarakat boleh saja membenci
PSSI maupun KPSI, namun masyarakat harus mendukung Timnas Indonesia. Sebuah
pernyataan yang luar biasa dari seorang nasionalis sejati. Andik benar-benar
telah menjadi pahlawan Indonesia, bukan hanya dengan sebuah gol spektakulernya
melainkan juga dengan pernyataannya usai pertandingan.
Masyarakat Indonesia boleh
berbangga atas hasil ini, para pemain dan seluruh komponen Timnas Indonesia pun
patut berbangga atas kemenangan bersejarah ini. Meskipun demikian, kita harus
ingat bahwa kompetisi masih jauh dari usai. Indonesia yang saat ini memuncaki
klasemen sementara Grup B masih bisa digeser posisinya oleh Singapura maupun
Malaysia yang akan menjadi lawan berikutnya. Indonesia patut berbangga atas
hasil yang diraih oleh ‘Timnas Rasa Baru’ besutan Nil Maizar yang baru saja
membuat dua rekor sekaligus tapi euforia kemenangan harus segera dilupakan dan
kembali bekerja keras untuk meredam cengkeraman Harimau Malaya yang akan
bermain di depan pendukungnya sendiri. Secara teknis, kekuatan kedua tim
relatif berimbang. Sebagai seorang pencinta Timnas Indonesia, saya optimistis
‘Timnas Rasa Baru’ akan mengepakkan sayapnya dan mencengkeram si kucing di
Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Terakhir, sesuai dengan pernyataan Andik, kita
semua boleh membenci PSSI maupun KPSI tapi jangan pernah membenci Tim Nasional
Indonesia. Tim Nasional Indonesia adalah representasi bangsa Indonesia, bukan
PSSI maupun KPSI, mari kita dukung perjuangan para pahlawan kita dengan sepenuh
hati, dengan segala daya yang mampu kita upayakan, Jayalah Timnas Indonesia!!!
No comments:
Post a Comment