Pencemaran lingkungan dan hemat energi merupakan topik hangat yang sering dibicarakan di seluruh dunia, termasuk di Universitas Gadjah Mada (UGM). Sejak beberapa tahun belakangan isu ini terus berkembang sehingga muncullah berbagai kebijakan seperti portalisasi, Kartu Identitas Kendaraan (KIK) dan pada tahun ajaran 2011/2012 muncullah program ‘UGM ngepit’ dimana seluruh mahasiswa baru pada tahun ajaran 2011/2012 tidak diperbolehkan menggunakan sepeda motor maupun mobil untuk pergi ke kampus. Ada beragam tanggapan muncul terkait berbagai kebijakan ini, ada yang pro, ada pula yang kontra.
Saya pribadi berusaha untuk menanggapi berbagai persoalan ini secara positif. Saya ulangi sekali lagi ; saya berusaha. Penilaian positif menurut saya belum tentu positif menurut Anda bukan? Saya setuju jika para mahasiswa UGM ngepit atau bersepeda untuk pergi ke kampus karena menurut saya bersepeda itu sehat, ramah lingkungan dan murah secara ekonomi. Masalahnya adalah bersepeda dalam jarak tertentu (ingat bahwa kemampuan fisik setiap orang berbeda) akan membuat badan lelah, ketika badan lelah maka otomatis konsentrasi akan menurun sehingga mungkin dapat menurunkan produktivitas. Ketika badan terasa lelah maka pekerjaan paling menyenangkan adalah leyeh-leyeh istirahat, mungkin tidur juga J.
Paragraf di atas merupakan sedikit penilaian saya yang memang berwawasan sempit tentang bersepeda. Pertanyaan yang muncul di kepala saya mengenai kebijakan ‘UGM ngepit’ adalah, kenapa program ini hanya ditujukan untuk mahasiswa baru (atau mungkin selanjutnya mahasiswa lama juga) yang harus ke kampus dengan bersepeda, kenapa civitas akademika lain diperbolehkan menggunakan sepeda motor atau mobil? Menurut saya ini tidak adil. Eleanor Roosevelt pernah berujar “Tidaklah adil untuk serta-merta memerintah orang lain melakukan suatu pekerjaan yang Anda sendiri enggan melakukannya”. Kalau memang orang-orang “Gedung Tinggi” ingin UGM lebih asri, lebih ekologis dan lebih sehat seharusnya mereka menjadi pioneer untuk program tersebut, jangan hanya membuat kebijakan yang terasa memberatkan bagi banyak orang. Ambil contoh, seorang mahasiswa dari Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul yang harus menempuh perjalanan lebih dari 10 Km untuk sampai di kampus, bersepeda setiap hari saya pikir kurang relevan. Menurut saya hal ini akan merugikan mahasiswa tersebut karena banyak dari waktu dan tenaganya akan terkuras untuk menempuh perjalanan, sementara dia masih harus mengikuti rapat organisasi, mengerjakan laporan praktikum dll. Oke lah pihak kampus menyarankan untuk indekos di wilayah sekitar kampus, persoalan yang kemudian muncul adalah terkadang orang tua kurang percaya dengan lingkungan kos-kosan, selain itu jika dihitung secara ekonomis (mungkin) indekos akan lebih mahal dibandingkan pulang-pergi dari Bantul ke Sleman setiap harinya. Saya sendiri berpendapat bahwa mahasiswa baru yang daerah asalnya Sleman, Kodya Yogyakarta, Bantul, Klaten dan sekitarnya diperbolehkan menggunakan sepeda motor untuk ke kampus, hanya saja mereka diwajibkan untuk periode tertentu, misalnya seminggu sekali untuk bike to campus.
Demikian opini saya mengenai kebijakan ‘UGM ngepit’ yang menurut info yang saya dapat akan diterapkan mulai tahun ajaran 2011/2012. Saya berharap kebijakan ini ke depannya mampu menjadikan UGM menjadi kampus yang lebih baik, lebih nyaman dan lebih ramah lingkungan sehingga bisa menjadi percontohan kampus-kampus lain. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini, terima kasih telah membaca dan semoga bermanfaat.
Wildan Karim
Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM
No comments:
Post a Comment