Thursday, 12 April 2012

Catatan Pertanian : Belajar dari OPT


Padi (Oryza sativa), sebuah tanaman serealia yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Pengembangan padi di Indonesia tergolong luar biasa bahkan menurut ahli padi dari salah satu PTN di Indonesia mengatakan bahwa produktivitas padi per petak produksi di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Pengembangan padi di Indonesia bukan tanpa masalah, ada banyak sekali masalah dalam pengembangan maupun produksi padi di Indonesia.
Wereng coklat (Nilapavarta lugens) merupakan salah satu organisme yang seringkali menjadi pengganggu produktivitas padi di Indonesia. Semenjak pertama kali dikembangkan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) yang hingga sekarang terus dikembangkan, wereng coklat tidak pernah berhasil diatasi secara sempurna dan permanen. Wereng coklat terus berevolusi hingga biotipe sekian hingga membuat para pemulia tanaman kebingungan karena produk mereka tidak pernah berhasil mengatasi wereng.
Charles Darwin pernah mengatakan bahwa spesies yang mampu bertahan hidup bukanlah spesies yang paling kuat melainkan spesies yang paling adaptif. Wereng coklat senantiasa beradaptasi terhadap lingkungannya, tidak terkecuali padi yang merupakan makanannya. Pada awal-awal pelepasa VUTW, serangan wereng coklat memang sangat sedikit bahkan dapat dikatakan tidak ada. Akan tetapi, seiring perkembangan waktu wereng pun menghabisi VUTW hingga tidak tersisa. Wereng memberikan kita sebuah contoh nyata dari ucapan Darwin.
Selain wereng, gulma juga merupakan masalah dalam dunia pertanian. Lebih parah daripada wereng bahkan pestisida pun tidak mempan terhadap gulma dalam waktu lama. Gulma menjadi persoalan karena efeknya tidak terlihat secara langsung seperti pada hama maupun penyakit. Meskipun demikian, efek yang ditimbulkan tidaklah kecil bahkan 80% produktivitas tanaman bisa hilang sebagai akibat dari persaingan dengan gulma.
Wereng dan gulma merupakan makhluk hidup yang patut untuk kita contoh dalam menjalani kehidupan. Kita harus senantiasa adaptif terhadap lingkungan kita, kita harus mampu mengenali diri kita sendiri, mengenali potensi kita, kekurangan maupun kelebihan kita. Sebagai contoh jika kita memang kurang pintar secara akademis, nilai NEM ataupun IPK pas-pasan, kita tidak perlu minder, kita hanya perlu kesabaran untuk selalu mencoba beradaptasi dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan kita. Semisal kita sarjana ekonomi, idealnya kita akan bekerja sebagai ekonom. Akan tetapi karena satu dan lain hal, katakana IPK kita kurang begitu, kita mungkin tidak dapat bekerja sebagai ekonom dan terpaksa untuk mencari pekerjaan di bidang lain; di luar bidang ekonomi. Pada awalnya akan menjadi sebuah masalah besar. Misalnya saja kita bekerja di perkebunan sawit dan kita sama sekali tidak mengerti tentang sawit. Seperti halnya wereng ketika pertama kali mendapatkan makanan berupa VUTW, kita tidak doyan dengan pekerjaan kita. Seminggu, sebulan, setahun atau berapa pun satuan waktu yang kita gunakan, akan menjadi hari-hari terburuk kita. Lalu apakah kita harus menyerah dan keluar? Tidak. Contohlah wereng dan gulma, meskipun kita tidak doyan bahkan mungkin ada berbagai ‘pestisida’ yang harus kita terima, kita harus berusaha sekuat mungkin untuk tetap bertahan, untuk tetap survive hingga akhirnya ‘para ahli’ yang menemukan ‘VUTW’ dan ‘pestisida’ dalam kehidupan kita tersebut menyerah dengan kegigihan kita. Ingatlah perjuangan leluhur bangsa ini yang berjuang walaupun hanya dengan bambu runcing. Menurut logika saya, pada saat itu penjajah mengalami suatu titik dimana mereka menyerah dengan kegigihan para leluhur kita.
Apa yang tak bisa menghancurkanku akan membuatku lebih tegar. Demikian yang dikatakan oleh Friedrich Nietzsche. Jika memang berbagai ‘VUTW’ dan ‘pestisida’ yang kita terima tidak mampu untuk menghancurkan kita, itu justru membuat kita lebih tegar, lebih kuat. Wereng dan gulma telah membuktikannya. Manusia adalah spesies paling adaptif, kita sangat mungkin untuk melakukan hal yang sama bahkan lebih baik daripada yang dilakukan oleh wereng dan gulma tersebut.
Sebagai penutup dari tulisan saya yang saya harap mampu untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada pembaca yang baik, berikut saya bagikan kutipan yang bagi saya sangat inspiratif
Berjanjilah untuk selalu ingat: Anda harus lebih berani dari yang Anda yakini, harus lebih kuat dari yang tampak, dan lebih pintar dari yang Anda kira
(AA Milnes, Pencipta karakter Winnie The Pooh).

No comments:

Post a Comment