Thursday, 10 May 2012

Irshad Manji, Kebebasan Akademik dan Pancasila


Irshad Manji, sebuah nama yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat. Kedatangannya ke Indonesia menimbulkan banyak kontroversi, ada yang pro, tidak sedikit yang kontra. Rencana pergelaran bedah buku yang akan dilakukannya di berbagai tempat pun dibatalkan karena adanya protes dari sekelompok orang, khususnya kelompok Islam Radikal. Hal yang sangat disayangkan adalah batalnya acara diskusi yang akan diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Bagi saya sebagai seseorang yang mengagumi UGM sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi yang pada awalnya dikenal sebagai Universitas Pengawal Pancasila dan status UGM sebagai world class research university pembubaran acara diskusi tersebut sangatlah mengecewakan.
Pasca batalnya acara diskusi tersebut, muncul banyak berita dari berbagai versi mengenai alasan batalnya acara tersebut. Pihak rektorat UGM menyatakan bahwa pembatalan bukan datang dari rektor, setelah saya membaca berbagai berita yang ada lebih lanjut, saya mengetahui bahwa acara diskusi Manji batal karena desakan-desakan yang muncul dari berbagai organisasi Islam di UGM, salah satunya adalah Jamaah Shalahudin (JS) yang dengan jelas menolak kedatangan Irshad Manji ke UGM. Dalam hal ini, JS berpikiran bahwa Manji akan menyebarkan faham lesbi dan homo. Saya berani mengatakan bahwa JS dan organisasi sejenis sudah berprasangka buruk. UGM telah berdiri terlebih dahulu sebelum JS dan saya yakin para petinggi UGM mengetahui betul bahwa dalam universitas terdapat kebebasan berpendapat. Menurut dosen saya, segala sesuatu boleh diperdebatkan dalam lingkungan universitas. Menurut saya batalnya acara diskusi Irshad Manji merupakan sebuah tindakan yang keterlaluan, gerakan aktivis Islam radikal di kampus UGM sudah berada dalam taraf mengkhawatirkan karena dapat merusak reputasi UGM sebagai Universitas Pengawal Pancasila.
Sujiwo Tejo, dalam sebuah video yang berjudul “Math: Finding Harmony In Chaos” dan diunggah ke Youtube menyatakan bahwa Indonesia kurang maju karena matematikanya rendah. Dalam video tersebut Tejo menjelaskan panjang lebar mengenai konsep matematika dalam kehidupan. Matematika mengajarkan tentang logika, konsistensi logika dan kesepakatan. Saya mengambil kesimpulan bahwa Indonesia kurang maju karena tidak konsisten dengan kesepakatan yang telah disepakati. Pada awalnya kita sepakat bahwa dasar negara adalah Pancasila tapi kenyataan yang ada sekarang banyak orang yang bahkan tidak hafal Pancasila. Kasus yang mirip dengan UGM, pada awalnya sepakat bahwa UGM merupakan Universitas Pengawal Pancasila tapi kondisi saat ini, bagi saya sebagai salah satu civitas akademika menganggap bahwa UGM sekarang bukan lagi Universitas Pengawal Pancasila tetapi lebih mirip IAIN cabang Bulak Sumur. Di berbagai tempat strategis tertempel ayat-ayat suci yang menurut saya tidak seharusnya tertempel pada tempat-tempat tersebut.
Ketika saya magang di sebuah perusahaan benih di Karanganyar, Jawa Tengah saya mendapatkan pengetahuan bahwa buah cabai yang muncul pada percabangan pertama harus dihilangkan karena buah tersebut akan mengambil unsur hara dalam jumlah banyak sehingga akan menyebabkan buah lain tidak mendapatkan hara dalam jumlah yang cukup dan pada akhirnya produksi cabai akan menurun. Cabai bekerja berdasarkan hukum Alam, saya mengibaratkan UGM atau Indonesia secara umum adalah sebuah pohon cabai dan Organisasi-organisasi Islam Radikal adalah buah cabai pada percabangan pertama, jika dilihat dari seringnya pemberitaan di media maupun banyaknya kerusakan yang ditimbulkan. Jika UGM dan Indonesia ingin maju maka Rektor dan Presiden harus menepati janji yang telah disepakati bahwa UGM adalah Universitas Pengawal Pancasila yang merupakan representasi Indonesia dan Pancasila adalah dasar negara. Jika terdapat ormas-ormas yang mengancam Sila ke-3 Pancasila maka ormas-ormas tersebut harus dihilangkan layaknya cabai pada percabangan pertama. Ingat bahwa “Persatuan Indonesia” lebih penting daripada penegakan syariah dalam kehidupan di Indonesia, kita sejak dahulu sudah sepakat dengan Pancasila lho. Bagaimana pun, sebuah janji harus ditepati, kesepakatan harus dijalankan.
Kembali pada kasus batalnya diskusi Irshad Manji, sebagai penutup saya ingin mengutip pernyataan dari Derek Bok mengenai fungsi dari universitas
"The function of the university is not to define and enforce proper moral or political standards for the society. It has not been asked to assume this role nor does it have the power to carry it out effectively. The function of the university is to engage in teaching and research of the highest attainable quality. When it strays from this task and tries to take the place of public officials by rendering its own judgments on political questions, it runs intolerable risks of making unwise decisions, diminishing the quality of its faculty and exposing itself to continues pressure from all of the groups and fractions that may wish to impose their own political convictions on the university's work.“

No comments:

Post a Comment