WOW, ternyata blog ini udah lebih dari sebulan tanpa posting
baru ya, maaf ya buat para pembaca setia yg budiman (padahal ga ada yg baca). Oke
kali ini saya mau posting tentang hal yg personal. Saya sudah memasuki semester
ke-7, wah ga kerasa udah tua juga K. Semester ini, saya mencoba untuk memperdalam
beberapa mata kuliah yang saya kurang paham, salah satunya adalah Pendidikan
Pancasila. What? Ngulang kok Pancasila? Ya ben, sing ngulang aku kok malah kowe
sing protes J. Minggu demi minggu terlewati tanpa terasa lalu tibalah
Ujian Tengah Semester (UTS) yg dinanti-nanti.
Mulai dari sini, akan mulai dibicarakan inti posting ini. Pada
UTS Pancasila, ada beberapa soal yang diujikan. Dari sekian banyak soal
tersebut, ada satu soal yang sangat menarik perhatian saya. Berikut adalah soal
yang saya maksud
Jelaskan dengan contoh
dan ilustrasi yang dimaksudkan dengan nilai perbuatan “tanpa pamrih” itu
bersifat universal, dapat ditemukan di Barat, India maupun di Indonesia!
Soal tersebut sangat menarik bagi saya sehingga membuat
jemari saya menari sangat lama ketika mengerjakan soal tersebut. Oke, keyword
dari soal tersebut adalah “tanpa pamrih”. Saya berpikir cukup lama ketika
berpikir tentang frase tersebut. Sejauh yang saya pahami, pamrih adalah suatu
tindakan dengan mengharapkan sesuatu, artinya ada keinginan atau harapan dalam
pamrih. Selanjutnya saya mencoba untuk synchronizing pengertian pamrih dengan
soal tersebut. Setelah berpikir cukup lama dengan menggali seluruh memori yang
masih tersimpan di otak, saya justru mempertanyakan soal tersebut. Saya pikir hampir
tidak ada tindakan bersejarah yang dilakukan tanpa pamrih. Anda dapat mendebat
saya untuk pemikiran ini.
Dulu, saya berpikir bahwa tindakan Mahatma Gandhi dengan
gerakan Satyagraha adalah sebuah tindakan tanpa pamrih. Dulu, saya berpikir
bahwa para pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan berjuang tanpa pamrih. Sekarang,
dengan pola berpikir yang lebih dewasa, saya berpikir bahwa di dunia ini tidak
ada tindakan yang benar-benar tanpa pamrih. Selama manusia menggunakan logika
dan rasio maka sejauh itu pamrih akan tetap ada.
Mahatma Gandhi, India’s Founding Father dapat dikatakan
sebagai orang yang paling berjasa dalam kemerdekaan India. Kebanyakan dari kita
berpikir bahwa tindakannya adalah tindakan tanpa pamrih. Pada mulanya saya pun
demikian. Pandangan saya berubah ketika membaca buku berjudul ‘Meniti Kehidupan
Bersama Para Yogi, Fakir, dan Mistik’ yang merupakan buku saduran dari ‘Autobiography
of A Yogi’ karya Paramahansa Yogananda. Dalam buku tersebut, salah satu bab
menjelaskan tentang pengalam penulis bersama Gandhi di padepokannya. Dalam bab
tersebut, dijelaskan bahwa ‘Kemerdekaan India’ bukanlah tujuan Gandhi, tujuan
utama dari Sang Mahatma adalah ‘Kemerdekaan Jiwa India’. Dari pernyataan
tersebut, sudah jelas bahwa Gandhi memiliki pamrih dalam perjuangannya :
Kemerdekaan Jiwa India. Mungkin, tindakan kita ketika masih kanak-kanak dan
belum menggunakan rasio adalah tindakan tanpa pamrih. Lalu kemudian saya
berpikir lagi dan ternyata anak-anak pun sudah berpamrih. Mereka mencari ikan
atau bermain kelereng untuk bersenang-senang, bukankah mencari kesenangan juga
merupakan pamrih?
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah salahkan kita ketika
berpamrih? Jawaban saya adalah tidak. Berpramrih adalah sebuah tindakan alami
manusia sebagai buah dari logika dan rasio yang telah dikaruniakan Tuhan kepada
manusia, hanya saja pamrih perlu untuk dituntun sehingga mengarah kepada jalan
yang benar dan tepat. Pamrih adalah sesuatu yang bersifat pribadi, toh orang
lain tidak mengerti pamrih yang ada di kepala kita. Hanya manusia yang cukup
gila dan berani yang dapat melakukan tindakan tanpa pamrih. Untuk menjadi
manusia yang benar-benar tanpa pamrih, kita perlu mencapai suatu kondisi yang
luar biasa sehingga Nabi Khidir mau mendatangi kita dan kita melakukan apa yang
dilakukannya tanpa perlu bertanya. Kita harus sangat gila untuk melakukan
tindakan tanpa pamrih seperti yang telah dilakukan Lao Tse dengan meninggalkan
semua yang dimilikinya lalu mengembara mengikuti hakikat hidup manusia yang
diyakininya.
Wuiiiiihh, ternyata udah panjang juga ya, ga usah dilanjutin
deh daripada pembaca bosen. It’s the last paragraph, sebagai penutup mungkin
dapat kita simpulkan bahwa ‘tindakan tanpa pamrih’ adalah sebuah tindakan yang
hampir tidak akan pernah kita temui di dunia. Hampir semua manusia yang hidup
di dunia menggunakan logika dan rasio yang dimilikinya, selama logika dan rasio
digunakan maka mustahil kita menemukan tindakan tanpa pamrih. Sekian, semoga
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment