Monday 3 December 2012

Nasionalis?



Piala AFF 2012 mulai memasuki fase semifinal. Sebuah hal yang ironis ketika saya sebagai seorang Indonesia dan pencinta sepakbola, tidak melihat timnas berkostum merah dengan logo Garuda tidak termasuk di antara keempat semifinalis. Ironis ketika pada penyelenggaran sebelumnya Indonesia adalah finalis dan menampilkan penampilan terbaik di antara semua kontestan. Ironis karena Indonesia adalah kontestan dengan luas wilayah yang terluas dengan jumlah penduduk terbanyak dan SDM paling baik. Kenapa sebuah negara dengan 260 juta manusia bisa kalah 0-2 dari negara dengan penduduk 29 juta jiwa? Apakah yang salah dengan negara kita?
Sebagai seorang pencinta sepakbola, saya tahu benar bahwa skill pemain-pemain Indonesia merupakan yang paling menonjol di antara kontestan lain, salah pelatih kah? Mungkin. Sudah begitu banyak pelatih yang menangani Timnas Indonesia dari pelatih lokal hingga pelatih eropa, tidak ada satu pun yang berhasil membawa Indonesia menjuarai Piala AFF - turnamen 2 tahunan antar negara ASEAN. It's hard to believe but it's the fact. Saya heran, dengan banyaknya pemain berbakat yang hampir selalu lahir di negeri ini, kenapa kita tidak pernah bisa menjuarai Piala AFF? Bukankah seharusnya kita sudah bersaing dengan Jepang atau Korsel untuk menjadi Juara Asia yang berpartisipasi di piala dunia? Sebuah pertanyaan yang harus kembali kita renungkan bersama.
Organisasi sepakbola nasional yang seyogyanya menjadi sarana untuk persepakbolaan nasional yang lebih baik justru menghancurkan sepakbola nasional. Organisasi persepakbolaan kita saat ini, baik versi PSSI maupun KPSI adalah kedua organisasi kolot yang sama-sama hanya memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Sekiranya benar kata Robert J Ringer Jr, orang-orang mengaku mereka mencintai kebenaran tetapi sebenarnya mereka berusaha meyakini bahwa apa yang mereka cintai adalah benar. Kedua organisasi sama-sama mengaku mencintai sepakbola nasional tapi faktanya keduanya tidak bisa bersatu untuk sepakbola nasional. Mereka tidak mencintai sepakbola nasional tetapi berusaha meyakini bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar untuk persepakbolaan nasional. Apakah itu tindakan nasionalis? Tidak sama sekali. Seorang nasionalis sejati akan melakukan apa pun demi berkibarnya Sang Saka Merah Putih di puncak tertinggi, bukan melarang pemain membela Tim Nasional Indonesia. Nasionalis sejati akan menyingkirkan semua konflik kepentingan demi kepentingan negara. Apakah Anda melihatnya pada dua induk organisasi sepakbola yang sama-sama tidak mau mengalah?
Peluit tanda berakhirnya pertandingan Piala AFF 2012 bagi Indonesia telah berbunyi. Secara besar hati kita harus mengakui kekalahan ini. It’s not the end of our journey. Kualifikasi Piala Asia sudah menanti di depan mata. Bukan saatnya mengaku benar dan mengaku memiliki Indonesia. Negara ini milik 260 juta penduduk Indonesia, ribuan pemain sepakbola di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengenakan seragam kebesaran Tim Nasional. Jangan lagi ada politisasi sepakbola demi kemajuan sepakbola nasional. Rapatkan barisan dan mari membentuk sebuah tim terkuat, demi berkibarnya Merah Putih di puncak tertinggi, demi berkumandangnya Indonesia Raya di seluruh penjuru dunia. Apa pun yang terjadi, seorang nasionalis sejati akan selalu mendukung Tim Nasional Indonesia dalam keadaan apa pun. If you can’t support us when we draw or lose, don’t support us when win. Jayalah Indonesiaku, terbanglah ke puncak tertinggi Garudaku!!!

1 comment:

  1. bukankah dengan "Seorang nasionalis sejati akan melakukan apa pun demi berkibarnya Sang Saka Merah Putih di puncak tertinggi" mampu menjerumuskan kita kepada pengertian bahwa kita lebih tinggi, lebih bagus, lebih benar dari negara lain.. yang lalu menghasilkan.. negara lain kecil?!?!

    Indonesian Strong from Home

    ReplyDelete