Wednesday 23 April 2014

Sejauh Mana?




Natal, Valentine, Paskah, Nyepi, Waisak, tahukah Anda persamaan dari beberapa perayaan tersebut? Yup, semuanya adalah perayaan yang diperintahkan dalam agama Islam sehingga jika ada orang Islam yang ikut merayakannya maka beberapa aliran islam akan menghakimi orang tersebut dengan sebutan ‘kafir’ atau sebutan buruk lain. Ya, hanya beberapa aliran saja. Maybe they are right, berikut ini adalah kutipan hadits yang dijadikan sumber penghakiman tersebut
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401)
Saya adalah orang dengan pengetahuan dan pengalaman yang tidak luas dalam agama Islam maupun budaya Arab, sebagai prasaangka baik, saya rasa hadits tersebut shahih atau dapat dikatakan verified untuk istilah zaman sekarang.
Anda tahu Yoga, Taichi, Chikung, Kungfu dan karate kan? Apakah Nabi Muhammad mempraktikkan atau menganjurkan kita untuk melakukannya? Tidak, saya sama sekali tidak menemukan istilah-istilah tersebut dalam Al-Quran maupun hadits. I think it’s better for me to refresh it
Yoga, berdasarkan sejarah yang say abaca, ditemukan di India, ditemukan oleh orang(-orang) yang beragama Hindhu dan dipraktikkan secara intensif sebagai bentuk ibadah. Chikung ditemukan oleh orang China, berdasarkan literatur yang saya baca dibagi menjadi aliran Taoisme, Budhisme, dan Konfusianisme, bukan Islam. Taichi, kungfu dan karate ceritanya tidak jauh berbeda dengan Chikung dan Yoga, yang artinya tidak diajarkan dalam Islam.
Akhir-akhir ini, entah kenapa curiosity saya sedang tinggi akan hal-hal yang cukup berkaitan dengan agama Islam. Pertanyaan saya adalah, sejauh mana kita boleh belajar dan mempraktikkan sesuatu yang tidak diajarkan secara langsung oleh Muhammad? Sejauh mana perbedaan Antara ilmu dan ritual?
Contoh sederhana adalah yoga atau chikung yang secara ilmiah telah terbukti mampu meningkatkan kondisi kesehatan, menenangkan pikiran, meningkatkan spiritualitas dan berbagai manfaat lain, sedangkan kita tahu bahwa keduanya adalah budaya dari bukan orang Islam. Di Indonesia dan berbagai belahan dunia lain, saya yakin ada banyak orang islam yang taat menjalankan shalat, puasa, dan zakat mempelajari dan mempraktikkan yoga sebagai ilmu atau metode. Apakah mereka telah termasuk kaum Hindhu, Budhisme, Taoisme, atau Konfusianisme? Saya pikir penghakiman tidak dapat dilakukan semudah itu…
Saya pikir Islam adalah agama yang sangat toleran di suatu sisi dan fanatik di lain sisi. Saya pikir seorang muslim sangat boleh untuk mempelajari yoga, kungfu, taichi, chikung, atau akupuntur selama tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Saya tidak berpikir bahwa ketika seorang muslim mempraktikkan yoga maka automatically akan menjadi seorang Hindhu. Yoga adalah kebaikan dan saya rasa sangat bisa ditoleransi.
Posting ini ga bermutu sih, emang semua postingan di blog ini ga bermutu kali ya, hehehe. Inti dari posting ini adalah saya menyarankan saya sendiri dan Anda supaya lebih berpikiran terbuka, pelajari dari berbagai sisi baru memutuskan agar jelas, kalau bisa sih pelajari teks aslinya karena banyak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia yang kurang pas maksud yang ingin disampaikan. Buat kalian yang sudah ataupun ingin belajar dan praktik yoga, chikung, taichi, kungfu, karate maupun metode-metode lain, opini pribadi saya adalah SANGAT BOLEH karena metode-metode tersebut tidak bertentangan dengan intisari ajaran agama: mengintimkan hubungan manusia dengan Allah atau Tuhan.
Saya mencoba untuk mengkritisi perilaku umat muslim di Indonesia. Pertama, Islam bukan Arab. Ya, Islam diturunkan di Arab namun bukan berarti seorang muslim harus menggunakan kata ‘Antum’ untuk menggantikan kata ‘you’, ‘Anda’, ‘kamu’, ‘sampeyan’, atau ‘panjenengan’. Jika memang komunitas mewajibkan penggunaan kata ‘antum’ maka gunakanlah namun jika masyarakat menggunakan ‘Panjenengan’ maka gunakanlah ‘panjenengan’, jangan memaksa orang lain untuk selalu menggunakan Bahasa Arab, ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui, berdoa dengan Bahasa Indonesia secara tulus jauh lebih baik daripada berdoa dengan Bahasa Al-Quran (Arab) namun hanya ikut-ikutan kyai atau ustadz dan tidak paham artinya. Menurut saya, banyak muslim di Indonesia kurang mempraktikkan perintah pertama Allah kepada Muhammad: bacalah! Umat kita masih begitu kolot sehingga sulit untuk menerima ‘pencerahan’ spiritual.
Udahan ah, daripada makin geje. Mari kembali ke topic awal, menurut saya seorang muslim tetaplah seorang muslim selama menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan meskipun dia mempelajari yoga, chikung, atau kungfu. Bagi saya, seorang muslim yang mempelajari chikung tanpa meninggalkan kewajiban dan menjauhi larangan jauh lebih baik daripada seorang muslim yang mempelajari dan mempraktikkan ilmu siyasah yang berkampanye di masjid ketika hari tenang kampanye. Wassalam.

No comments:

Post a Comment