Thursday 21 August 2014

Menjadi (Pemimpin yang) Lebih Baik




Beberapa waktu yang lalu, pada bulan Juli 2014, saya mengantar pacar mencari buku di Gramedia. Di dalam toko buku, mata saya entah kenapa selalu berusaha untuk mencari lalu kemudian membaca buku yang cover-nya menarik. Waktu itu, buku yang menurut saya menarik adalah Otobiografi Cristiano Ronaldo, satu per satu halaman saya baca dan saya semakin tertarik dengan buku tersebut, saya sudah berniat untuk membelinya. Entah kenapa tiba-tiba saya ingat bahwa saya masih memiliki buku di kamar yang belum saya baca, salah satunya adalah buku karya Jakob Oetama yang ternyata telah saya beli sejak tahun 2011, ya 3 tahun sebelumnya. Dengan penuh kesadaran saya mengurungkan niat untuk membeli Otobiografi Ronaldo dan memutuskan untuk membaca buku berjudul ‘ Dunia Usaha dan Etika Bisnis’ karya pendiri Kompas tersebut.
Pada tanggal 18 Agustus 2014, akhirnya saya selesai membaca buku yang menurut saya ‘berat’ tersebut. Saya harus mengakui bahwa bahasa yang digunakan oleh Jakob Oetama pada beberapa bagian sungguh bahasa intelek yang belum pernah saya dengar sebelumnya sehingga saya berkali-kali membuka KBBI agar paham dengan maksud yang tertulis. Sebenarnya buku tersebut cukup tipis untuk dihabiskan dalam seminggu namun kurangnya pemahaman membuat saya sedikit ogah-ogahan ­menyelesaikan buku tersebut. Namun demikian saya tetap merasa senang karena bisa menyelesaikan tugas saya untuk membaca buku tersebut.
Jakob Oetama menuliskan bahwa faktor utama yang menjadi kunci sukses Kompas Gramedia adalah watak atau sifat atau karakter. Beliau menuliskan bahwa mengajarkan kemampuan jurnalistik kepada karyawan yang berwatak lebih mudah daripada mengajarkan watak yang baik kepada karyawan yang berkemampuan jurnalistik mumpuni. Selain itu, beliau juga mengajarkan kepada pembaca (yang dianggap sebagai calon pengusaha atau pengusaha) untuk mengubah pandangannya terhadap karyawan. Beliau mengajarkan untuk tidak melihat karyawan sebagai alat untuk melaksanakan pekerjaan namun sebagai investasi terpenting untuk menjaga agar perusahaan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Bagi saya, penjelasan Jakob Oetama terhadap karyawan luar biasa, pendekatan yang digunakan sangat manusiawi dan religius. Dalam dunia modern seperti saat ini, saya sering mendengar ungkapan bahwa keberadaan mesin tertentu lebih penting daripada keberadaan karyawan, pendekatan tersebut saya rasa kurang menghargai manusia sebagai ciptaan Tuhan yang konon paling sempurna. Pertanyaan dasarnya adalah bagaimana bisa mesin yang merupakan alat buatan manusia dianggap lebih penting daripada manusia yang merupakan ciptaan Sang Maha Pencipta?
SELF EMPLOYEE
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah bagaimana cara menerapkan pandangan luar biasa dari Jakob Oetama tersebut sedangkan saya bukan merupakan pemimpin dari suatu perusahaan atau lembaga yang berorientasi pada keuntungan. Misalnya lagi bagi seorang karyawan, apakah pandangan Jakob Oetama dapat diterapkan? Setelah melalui berbagai hal yang saya sendiri pun lupa tentang hal apa saja yang telah saya alami, saya berkesimpulan bahwa teori Jakob Oetama dapat diterapkan oleh SIAPA PUN, ya siapa pun dapat mengaplikasikan pandangan beliau tentang keberadaan karyawan sebagai asset.
Jika saat ini Anda membaca tulisan ini, Anda sedang memerintahkan salah satu karyawan Anda yang bernama ‘mata’ untuk bekerja.  Jika Anda tergelitik dengan tulisan ini lalu Anda berkomentar, Anda akan memerintahkan karyawan Anda yang bernama ‘jari-jemari’ untuk bekerja. Tentunya Anda masih memiliki lebih banyak karyawan yang mampu Anda atur sesuai dengan kebutuhan Anda.
Setelah saya sadar bahwa saya pun seorang bos yang memiliki banyak karyawan, saya mulai lebih peduli dengan diri saya. Satu per satu karyawan saya mulai saya perhatikan, saya mulai memberikan nutrisi kepada otak dengan bacaan yang bermanfaat, saya mulai memberikan upgrading kepada badan saya dengan olahraga dan tidur yang lebih teratur, saya pun mulai memperhatikan asupan makan saya supaya lebih sehat.
Asupan makanan akan saya beri perhatian sedikit lebih banyak disini. Pada bulan Juli lalu, saya mulai mencoba untuk mengonsumsi produk dari Herbalife. Awalnya, saya ‘terpaksa’ mengonsumsi produk-produk tersebut karena saya ingin menjalankan bisnisnya. Ya sudah lah, sekalian saya mencoba bagaimana efek kesehatan dari produk yang diformulasikan oleh para ahli nutrisi dari UCLA tersebut. Beberapa hari pertama, perut saya terasa ‘dikuras’ untuk dibersihkan, metabolisme dalam tubuh saya sangat lancar, ternyata Herbalife tidak asal klaim tentang fungsi detoksifikasi yang mereka tawarkan.
Setelah saya menghabiskan sebuah kaleng shake, saya sedikit ragu apakah saya akan membeli lagi untuk saya konsumsi lagi atau membeli lagi hanya untuk dijual. Akhirnya saya membeli dua kaleng shake dengan niat untuk menjual keduanya. Dalam proses menamatkan buku ‘Dunia Usaha dan Etika Bisnis’ saya kemudian terpikir bahwa saya harus memperlakukan karyawan-karyawan saya sebaik-baiknya, jika saya bisa memberikan makanan dengan nilai nutrisi tinggi kenapa tidak saya lakukan. Kali ini, dengan penuh kesadaran saya membuka sebuah kaleng shake Herbalife yang niatnya akan saya jual, saya sadar betul bahwa saya harus memberikan fasilitas sebaik mungkin kepada karyawan-karyawan saya yang merupakan aset tidak ternilai.
Sekarang, dengan penuh kesadaran saya mengajak Anda untuk lebih memperhatikan aset-aset tak ternilai yang Anda miliki. Penuhi kebutuhan Anda, kebutuhan ya, bukan sekedar keinginan. Jika Anda berminat dengan produk-produk dari Herbalife yang saya konsumsi, silakan hubungi nomor HP saya di 085878511074 (SMS) atau 083865667766 (WhatsApp & LINE).
Saya tahu, sebagian besar dari Anda akan berkata “Halah, ujung-ujungnya cuma jualan produk”. Saya maklum dan sama sekali tidak marah dengan kalimat tersebut. Sebuah batang kayu tetap sebuah batang kayu, dari mana pun kita melihatnya. Demikian juga tulisan ini, Anda bisa melihat tulisan ini sebagai ajakan untuk lebih memperhatikan kualitas kehidupan, iklan produk, tulisan sampah, atau apa pun. Jujur, saya sudah ikhlas atau mungkin tidak peduli dengan apa pun penilaian Anda, tugas saya hanya berbagi pengalaman yang menurut saya baik dalam bentuk tulisan, jika suka Anda bisa membacanya atau bahkan membagikannya, jika tidak suka Anda bisa mengabaikannya.
Sekian dan terima kasih telah mampir J.

No comments:

Post a Comment