Beberapa waktu yang lalu, pada
bulan Juli 2014, saya mengantar pacar mencari buku di Gramedia. Di dalam toko
buku, mata saya entah kenapa selalu berusaha untuk mencari lalu kemudian
membaca buku yang cover-nya menarik. Waktu itu, buku yang menurut saya menarik adalah Otobiografi
Cristiano Ronaldo, satu per satu halaman saya baca dan saya semakin tertarik
dengan buku tersebut, saya sudah berniat untuk membelinya. Entah kenapa
tiba-tiba saya ingat bahwa saya masih memiliki buku di kamar yang belum saya baca, salah satunya adalah buku karya Jakob Oetama yang ternyata telah saya
beli sejak tahun 2011, ya 3 tahun sebelumnya. Dengan penuh kesadaran saya
mengurungkan niat untuk membeli Otobiografi Ronaldo dan memutuskan untuk
membaca buku berjudul ‘ Dunia Usaha dan Etika Bisnis’ karya pendiri Kompas
tersebut.
Pada tanggal 18 Agustus 2014,
akhirnya saya selesai membaca buku yang menurut saya ‘berat’ tersebut. Saya
harus mengakui bahwa bahasa yang digunakan oleh Jakob Oetama pada beberapa
bagian sungguh bahasa intelek yang belum pernah saya dengar sebelumnya sehingga
saya berkali-kali membuka KBBI agar paham dengan maksud yang tertulis. Sebenarnya
buku tersebut cukup tipis untuk dihabiskan dalam seminggu namun kurangnya
pemahaman membuat saya sedikit ogah-ogahan
menyelesaikan buku tersebut. Namun demikian saya tetap merasa senang
karena bisa menyelesaikan tugas saya untuk membaca buku tersebut.
Jakob Oetama menuliskan bahwa
faktor utama yang menjadi kunci sukses Kompas Gramedia adalah watak atau sifat
atau karakter. Beliau menuliskan bahwa mengajarkan kemampuan jurnalistik kepada
karyawan yang berwatak lebih mudah daripada mengajarkan watak yang baik kepada
karyawan yang berkemampuan jurnalistik mumpuni. Selain itu, beliau juga
mengajarkan kepada pembaca (yang dianggap sebagai calon pengusaha atau
pengusaha) untuk mengubah pandangannya terhadap karyawan. Beliau mengajarkan
untuk tidak melihat karyawan sebagai alat untuk melaksanakan pekerjaan namun
sebagai investasi terpenting untuk menjaga agar perusahaan tetap berjalan
sebagaimana mestinya.
Bagi saya, penjelasan Jakob
Oetama terhadap karyawan luar biasa, pendekatan yang digunakan sangat manusiawi
dan religius. Dalam dunia modern seperti saat ini, saya sering mendengar
ungkapan bahwa keberadaan mesin tertentu lebih penting daripada keberadaan
karyawan, pendekatan tersebut saya rasa kurang menghargai manusia sebagai
ciptaan Tuhan yang konon paling sempurna. Pertanyaan dasarnya adalah bagaimana
bisa mesin yang merupakan alat buatan manusia dianggap lebih penting daripada
manusia yang merupakan ciptaan Sang Maha Pencipta?
SELF EMPLOYEE
Pertanyaan yang mungkin muncul
adalah bagaimana cara menerapkan pandangan luar biasa dari Jakob Oetama
tersebut sedangkan saya bukan merupakan pemimpin dari suatu perusahaan atau
lembaga yang berorientasi pada keuntungan. Misalnya lagi bagi seorang karyawan,
apakah pandangan Jakob Oetama dapat diterapkan? Setelah melalui berbagai hal
yang saya sendiri pun lupa tentang hal apa saja yang telah saya alami, saya
berkesimpulan bahwa teori Jakob Oetama dapat diterapkan oleh SIAPA PUN, ya
siapa pun dapat mengaplikasikan pandangan beliau tentang keberadaan karyawan
sebagai asset.
Jika saat ini Anda membaca
tulisan ini, Anda sedang memerintahkan salah satu karyawan Anda yang bernama
‘mata’ untuk bekerja. Jika Anda
tergelitik dengan tulisan ini lalu Anda berkomentar, Anda akan memerintahkan
karyawan Anda yang bernama ‘jari-jemari’ untuk bekerja. Tentunya Anda masih
memiliki lebih banyak karyawan yang mampu Anda atur sesuai dengan kebutuhan Anda.
Setelah saya sadar bahwa saya pun
seorang bos yang memiliki banyak karyawan, saya mulai lebih peduli dengan diri
saya. Satu per satu karyawan saya mulai saya perhatikan, saya mulai memberikan
nutrisi kepada otak dengan bacaan yang bermanfaat, saya mulai memberikan upgrading kepada badan saya dengan
olahraga dan tidur yang lebih teratur, saya pun mulai memperhatikan asupan
makan saya supaya lebih sehat.
Asupan makanan akan saya beri
perhatian sedikit lebih banyak disini. Pada bulan Juli lalu, saya mulai mencoba
untuk mengonsumsi produk dari Herbalife. Awalnya, saya ‘terpaksa’ mengonsumsi
produk-produk tersebut karena saya ingin menjalankan bisnisnya. Ya sudah lah,
sekalian saya mencoba bagaimana efek kesehatan dari produk yang diformulasikan
oleh para ahli nutrisi dari UCLA tersebut. Beberapa hari pertama, perut saya
terasa ‘dikuras’ untuk dibersihkan, metabolisme dalam tubuh saya sangat lancar,
ternyata Herbalife tidak asal klaim tentang fungsi detoksifikasi yang mereka
tawarkan.
Setelah saya menghabiskan sebuah
kaleng shake, saya sedikit ragu
apakah saya akan membeli lagi untuk saya konsumsi lagi atau membeli lagi hanya
untuk dijual. Akhirnya saya membeli dua kaleng shake dengan niat untuk menjual keduanya. Dalam proses menamatkan
buku ‘Dunia Usaha dan Etika Bisnis’ saya kemudian terpikir bahwa saya harus
memperlakukan karyawan-karyawan saya sebaik-baiknya, jika saya bisa memberikan
makanan dengan nilai nutrisi tinggi kenapa tidak saya lakukan. Kali ini, dengan
penuh kesadaran saya membuka sebuah kaleng shake
Herbalife yang niatnya akan saya jual, saya sadar betul bahwa saya harus
memberikan fasilitas sebaik mungkin kepada karyawan-karyawan saya yang
merupakan aset tidak ternilai.
Sekarang, dengan penuh kesadaran
saya mengajak Anda untuk lebih memperhatikan aset-aset tak ternilai yang Anda
miliki. Penuhi kebutuhan Anda, kebutuhan ya, bukan sekedar keinginan. Jika Anda
berminat dengan produk-produk dari Herbalife yang saya konsumsi, silakan
hubungi nomor HP saya di 085878511074 (SMS) atau 083865667766 (WhatsApp &
LINE).
Saya tahu, sebagian besar dari
Anda akan berkata “Halah, ujung-ujungnya cuma
jualan produk”. Saya maklum dan sama sekali tidak marah dengan kalimat
tersebut. Sebuah batang kayu tetap sebuah batang kayu, dari mana pun kita
melihatnya. Demikian juga tulisan ini, Anda bisa melihat tulisan ini sebagai
ajakan untuk lebih memperhatikan kualitas kehidupan, iklan produk, tulisan
sampah, atau apa pun. Jujur, saya sudah ikhlas atau mungkin tidak peduli dengan
apa pun penilaian Anda, tugas saya hanya berbagi pengalaman yang menurut saya
baik dalam bentuk tulisan, jika suka Anda bisa membacanya atau bahkan
membagikannya, jika tidak suka Anda bisa mengabaikannya.
Sekian dan terima kasih telah
mampir J.
No comments:
Post a Comment