Konon katanya, Republik Indonesia telah
merdeka selama 69 tahun. Selama kurun waktu tersebut, telah banyak
insinyur, dokter, sarjana, master, doktor, dan profesor yang dilahirkan. Konon
katanya, orang terdidik akan berpikir secara rasional dengan pemikiran logis
sehingga dapat diterima oleh orang lain.
Tanpa perlu diragukan, Kebudayaan Jawa
telah menyumbangkan banyak hal untuk Indonesia. Salah satu Budaya Jawa yang cukup
populer adalah klenik, sesuatu yang tersembunyi. Klenik adalah budaya zaman
dahulu yang dianggap tidak logis sehingga sering ditertawakan.
Gelar
sebagai klenik
Dalam dunia pendidikan dan banyak hal
lain, berlaku prinsip Reward and
Punishment. Menghukum siswa yang terlambat untuk menghormat bendera adalah
salah satu punishment yang lazim
ditemukan. Sementara itu, anak yang memperoleh nilai sangat baik dalam ujian
akan mendapatkan ranking yang baik
dalam level kelas dan atau sekolah, suatu penghargaan atau reward yang diterapkan hampir di seluruh Indonesia.
Seorang pemuda lulusan SMA tidak bisa langsung
menjadi seorang insinyur. Gelar insinyur hanya dapat diperoleh apabila ia
bekerja keras menempuh ujian masuk perguruan tinggi, jika diterima maka ia
harus belajar selama bertahun-tahun untuk mendapatkan gelar insinyur. Gelar
adalah penghargaan untuk seseorang yang telah mencapai keadaan tertentu
sehingga ia dianggap layak menerima gelar tersebut. It’s not easy to get a title.
Pada masa modern, gelar menjadi sesuatu
yang sangat penting dalam usaha bertahan hidup. Gelar Tamat SMP, Tamat SMA/K,
Diploma, Sarjana atau gelar apa pun, hampir selalu menjadi persyaratan utama bagi
pelamar kerja. Hal ini merupakan upaya positif dari instansi agar kualitas
Sumber Daya Manusia instansi terjaga sehingga kualitas instansi pun akan
terjaga.
Gelar kependidikan adalah hal yang sangat
penting dalam kehidupan modern. Saking pentingnya, gelar kependidikan telah
menjadi suatu klenik. Semakin tinggi gelar maka kualitas dari individu atau kelompok
tersebut dianggap semakin tinggi. Berdasarkan paradigma tersebut, banyak individu
dan kelompok yang berlomba-lomba untuk menambah gelar, misalnya doktor untuk
individu dan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) untuk kelompok,
atau gelar-gelar lain yang dikembangkan dan atau direkayasa.
Urgensi
dan esensi pendidikan
Pada dasarnya, manusia butuh pendidikan,
gelar adalah bonus. John Dewey menyatakan bahwa pendidikan bukan alat untuk
menghadapi kehidupan, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Pendidikan
adalah kebutuhan pokok setiap manusia agar tetap hidup. Seseorang harus
berpendidikan entah lewat pendidikan formal, informal maupun non-formal. Setiap
manusia harus terdidik!
Di tengah masyarakat yang menghambakan
diri kepada gelar, pendidikan telah kehilangan esensinya. Pendidikan masa kini
hanya berorientasi pada gelar, bukan rasionalitas berpikir, kualitas
intelektual, mental, dan spiritual. Masyarakat Indonesia yang sakit menganggap
bahwa seseorang yang memiliki gelar adalah ahli dalam suatu bidang tertentu
tanpa peduli bagaimana proses ‘sang ahli’ memperoleh gelar tersebut. Gelar
kependidikan telah menjadi klenik bagi masyarakat yang sakit. Bangsa yang
sakit, bangsa yang tidak rasional, bangsa yang klenik, dan bangsa yang pantas
untuk ditertawakan.
No comments:
Post a Comment